
JAKARTA – “Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa Kita Tanah Air Pasti Jaya Untuk Slama-lamanya”. Itulah sepenggal syair dari lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang dinyanyikan seluruh pegawai Kantor Pusat Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) saat melaksanakan Upacara Sumpah Pemuda pagi hari ini (30/10/2017).
Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober merupakan hasil Kongres Pemuda ke-2 yang dirumuskan 89 tahun lalu. Bertempat di halaman Kantor Pusat Basarnas, upacara yang diikuti oleh seluruh pegawai tanpa terkecuali ini dilaksanakan selama 45 menit dimulai pukul 08.00 WIB.
Mengusung tema “Pemuda Indonesia Berani Bersatu” upacara yang berlangsung dengan khidmat ini dipimpin langsung oleh Kepala Basarnas Marsekal Muda (TNI) M. Syaugi, S.Sos., MM. Kabasarnas yang membacakan sambutan Menteri Pemuda dan OIahraga menyampaikan bahwa Kongres Pemuda ke-2 di Jakarta ini dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama, dan daerah. Secara imanigatif sulit rasanya membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah. Dari belahan barat Indonesia, terdapat Mohammad Yamin. Seorang pemuda kelahiran Sawah Lunto Sumatera Barat yang mewakili organisasi pemuda Sumatera, Jong Sumatranen Bond. Dari belahan Timur Indonesia, menemukan pemuda bernama Johanes Leimena, kelahiran Kota Ambon Maluku, mewakili organisasi Pemuda Jong Ambon. Ada juga Katjasungkana dari Madura, ada juga Cornelis Lefrnad Senduk, mewakili organisasi pemuda Sulawesi, Jong Celebes. Perbedaan-perbedaan maupun sekat yang ada saat itu tidaklah menjadi penghalang bagi para pemuda Indonesia untuk bersatu demi cita-cita besar Indonesia.
Disampaikan pula dalam sambutan agar kita patut bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang melahirkan sumpah pemuda. Hari ini, transportasi umum sangat mudah. Untuk menjangkau ujung timur dan barat Indonesia hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja. Untuk dapat berkomunikasi dengan pemuda di pelosok-pelosok negeri ini, cukup dengan menggunakan alat komunikasi, tidak perlu menunggu datangnya tukang pos menunggu hingga berbulan-bulan. Namun kemudahan ini justru menjadikan pemuda justru seling berselisih paham, muda memvonis orang, menebar fitnah kebencian, dan sebagainya. Hal tersebut seharusnya tidaklah terjadi karena semua hal dapat dikonfirmasi dan diklarifikasi hanya dalam hitungan detik.
Menpora berpesan agar kita mencukupkan persatuan dan kesatuan bangsa. Stop segala bentuk perdebatan yang mengarah pada perpecahan bangsa. Sudah saatnya kita melangkah ke tujuan lain yang lebih besar, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (an)