
Drs. Dianta Bangun, M.Kes., resmi dilantik menjadi Sekretaris Utama (Sestama) Basarnas, Jumat (28/09/2018). Upacara pelantikan, penandatanganan integritas, dan serah terima jabatan Sestama berlangsung di Lantai 15 Gedung Serbaguna Basarnas dipimpin langsung oleh Kabasarnas.
Pak Bangun, sapaan akrab beliau, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Biro Umum. Dianta Bangun masuk Basarnas angkatan 1991. Sebelumnya, Sestama yang asli Sumatera Barat tersebut pernah menjabat sebagai Kepala Kantor SAR Medan, Kepala Bagian Humas, Direktur Komunikasi, Kepala Biro Perencanaan, dan Kepala Biro Umum.
Dalam sambutannya, Kabasarnas berharap Sestama mampu mengemban tugas-tugas yang diberikan dengan tetap memegang teguh filosofi profesionalitas, loyalitas, dan amankan.
“Harapan saya, Basarnas ke depan dapat lebih baik lagi. Sestama baru, semangatnya juga harus baru,” ujar Kabasarnas.
Upacara pelantikan dihadiri oleh seluruh pejabat eselon 1, 2, 3, dan 4 di lingkungan Kantor Pusat Basarnas. Usai pelantikan, Sestama baru mengungkapkan filosofi hiu-hiu kecil dan ikan tuna.
Diceritakan, ada seorang nelayan, menjaring ikan tuna di laut lepas. Ikan hasil tangkapannya itu ia masukan ke dalam sebuah bak besar di kapalnya. Ia berharap ikan tuna itu tetap hidup sampai ia kembali ke darat. Pasalnya, ikan yang masih hidup memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi dibanding yang mati. Namun, setiap kali sampai ke darat, tuna yang hidup tidak pernah lebih dari 20% saja. Nelayan itu berfikir keras, apa yang terjadi, mengapa, bagaimana solusinya? Rupanya, sang nelayan mulai memahami penyebab tuna-tuna itu mati. Tuna harus tetap bergerak aktif dan dinamis sehingga tubuhnya tidak statis, kaku, lalu mati. Sang nelayan kemudian berinisiatif menangkap hiu-hiu kecil, pemangsa ikan tuna. Hiu-hiu kecil itu ia masukan ke dalam bak kolam tuna hasil tangkapnya. Predator kecil itu kemudian bergerak aktif, mengejar-ngejar tuna. Karena ingin bertahan hidup, ikan tuna pun bergerak aktif, tak mau dimangsa hiu kecil itu meskipun hiu itu tidak mungkin menelan tuna-tuna karena ukurannya jauh lebih kecil. Dengan terus menerus bergerak menghindari kejaran hiu kecil itu, ternyata tuna-tuna itu justru mampu bertahan hidup lebih lama. Sampai sang nelayan kembali ke darat, ia mendapati tuna yang hidup sebanding terbalik dengan tangkapan sebelumnya, yaitu 80% hidup. Berkat hiu-hiu kecil itu, sang nelayan dapat menjual tuna yang masih hidup dan segar sehingga mampu mendulang keuntungan yang lebih besar.
Seperti itulah gambaran yang sering disampaikan Kabasarnas untuk memantik daya kreasi dan inovasi terhadap para pimpinan kepada bawahannya di lingkungan Basarnas sesuai dengan levelnya. Semua pimpinan harus mampu menjadi hiu-hiu kecil yang terus menerus mengejar dan memantik semangat kerja serta daya juang bawahannya. Hiu-hiu kecil itu harus bergerak secara masif, merasuk ke semua lini, sehingga seluruh personil bekerja sesuai dengan diskripsi tugas dan fungsinya.
Jika filosofi hiu kecil itu dapat diterapkan di seluruh lapisan kepemimpinan, maka semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan optimal. Tidak ada yang malas-malasan, membahas hal yang tidak penting, bergosip, atau sibuk dengan retorikanya masing-masing. Personil akan sibuk dengan kreatifitas, inovasi, dan hasil-hasil nyata dalam pekerjaannya. Mereka akan berfikir visioner.
Sebagai contoh, para Kepala Kantor SAR mendapat tugas penuh untuk mengatur manajemen di Kantor SAR. Jika ada permasalahan, ia dituntut untuk mampu menyelesaikannya. Jangan sampai, persoalan itu justru disalurkan atau dilempar ke pusat dengan berbagai dalih. Jika tidak mampu, berarti ada konsekuensinya. Yaitu, siap dicopot dari jabatannya.
Kabasarnas juga selalu menekankan etos kerja yang dilaksanakan dengan cepat dan benar.
Cepat jika tidak benar, jelas keliru. Benar jika tidak cepat, itu hanya normatif. Kesimpulannya, jika ingin meningkatkan kinerja, pekerjaan itu harus cepat dilaksanakan, diselesaikan, dan implementasinya harus benar sesuai dengan aturan yang berlaku atau tidak melenceng dari pedoman yang sudah digariskan. Filosofi ini sangat pas, bahkan sebenarnya sudah lama diaplikasikan Basarnas dalam mengampu tugas pencarian, pertolongan, penyelamatan, dan evakuasi yang menjadi tugas Basarnas. Tidak bisa bekerja sendiri, tetapi menjadi siluet dari teamwork. Dimana tim yang solid akan mampu menjinjing beratnya beban tugas bersama-sama. Sebuah tim dimana terdapat hiu-hiu kecil yang bergerak dinamis dan mampu melecut tuna-tuna untuk terus bertahan hidup dan meningkatkan eksistensinya. (*)